Selasa, 09 Oktober 2018

Mimpi Petak Umpet

Gambar
Cerita ini tentang adik kecilku, yang saat itu masih kelas 4 Sekolah Dasar. Saya masih di Sekolah Menengah, dan kakakku baru saja masuk ke sekolah kejuruan.
Kakakku berada di sekolah penerbangan jadi dia jarang di rumah, sedangkan saya adalah anggota dari klub atletik sekolah jadi saya selalu lari pagi tiap hari.
Suatu hari di musim panas, saya bangun cepat seperti biasanya tapi adik kecilku, yang seharusnya masih tidur di bawah ranjangku – ranjang kami ranjang susun, sudah tidak di kasurnya. Saya pikir dia ke kamar kecil, jadi saya keluar tanpa memikirkannya lagi. Tapi kemudian, saya menemukannya tertidur di lantai di luar kamar kami. Saya membangunkannya sebelum pergi lari pagi. Ketika aku memikirkannya lagi, aku baru sadar bahwa pintu kamar kami terkunci ketika saya keluar.
Dari hari itu dan seterusnya, adikku sering menghilang, dan tiap kali ditemukan sudah berada di suatu tempat dalam rumah kami. Walau dia tidak pernah keluar, dia selalu ditemukan bersembunyi di bawah meja, atau di sebuah tempat yang sempit di lemari.
Kami sudah melupakan semua tentang itu ketika di malam tahun baru, kami berkumpul dan bercanda-tawa tentang kenangan-kenangan bersama keluarga kami. Ibu mulai bercerita, “Kalian semua pernah berjalan mimpi.”
Saya bahkan tidak ingat kapan saya pernah berjalan dalam mimpi dan saya juga tidak tahu kapan kakakku pernah begitu.
Tapi tiba-tiba saya mengingat sesuatu. Saya menanyakannya kepada kakakku.
“Saat kau masih kecil, pernahkah kau bermimpi mimpi yang sama terus-menerus? Mimpi tentang bermain petak umpet?”
“Yah … jika saya tidak salah ingat, saya pernah bermimpi seperti itu ketika masih di sekolah dasar.”
“Terus … anak yang bersamamu, apakah dia juga mengajakmu untuk ikut dengannya?”
“Maksudmu, ke pinggir sungai? Saya tidak pernah mengikutinya.” jawab kakak.
“Saya juga. Saya menolaknya. Tapi apakah kemudian dia mengatakan sesuatu? Seperti …” tanyaku lagi.
“Baik, tidak apa-apa. Aku akan membawa adikmu nanti.” saya dan kakak serempak mengatakannya.
Saya rasa di saat itulah saya berhenti memimpikannya lagi.
Bulan depan genap 13 tahun sejak adik kecil kami meninggal dunia. Suatu pagi di bulan Desember, saya pulang ke rumah dari lari pagi dan menemukan sebuah mobil ambulance terparkir di depan rumah kami. Ibu menemukan adikku di kasurnya, sudah terbujur kaku.
Saya tidak tahu apakah adik kecilku bermimpi mimpi yang sama dengan kami. Apakah dia mengikuti anak itu ke pinggir sungai? Atau apakah karena dia yang paling kecil di antara kami? Atau mungkinkah dia meninggal karena suatu penyakit yang belum diketahui?
Saya memutuskan tidak memberitahu orang tuaku tentang hal ini. Ini adalah rahasia yang hanya saya dan kakak yang tahu.

Trik Halloween

Saya pernah punya seorang kakak lali-laki yang jahilnya bukan main. Dia memang selalu terlihat bersemangat dan lincah, namun juga sering membuat kesal orang-orang. Dulu sewaktu kecil, dia suka mengganggu dan membuatku menangis tapi saya tetap sayang kepadanya.
Di malam Halloween saat kakak masih berusia 12 tahun, dia pergi ke sebuah acara yang diadakan di salah satu rumah temannya. Saat itu saya masih kanak-kanak Sekolah Dasar dan masih tidak mengerti tentang Halloween. Karena itu malam Halloween, kakak saya ingin mencoba menakut-nakuti temannya dengan melakukan pertunjukan bunuh diri dengan pura-pura menggantung dirinya.
Dia sudah mempersiapkan segalanya, termasuk tali imitasi yang terbuat dari karet yang menyerupai tali betulan. Saat itu saya ingin membantunya dan ikut bermain, tapi dia malah mendorongku menjauh hingga terjatuh karena takut mengganggu persiapannya. Dia juga memberitahuku bahwa saya masih terlalu kecil untuk ikut Halloween. Saya hanya bisa menangis saat itu.
Saat hari itu tiba, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak terlibat acara itu. Jadi saya diam-diam mengambil tali imitasinya dan membuangnya ke tempat sampah supaya kakakku tidak jadi pergi. Walau begitu, dia tetap bisa menemukan talinya dan pergi begitu saja. Yang aneh saat itu, dia tidak memarahiku seperti biasanya karena menyembunyikan talinya – mungkin dia terburu-buru. Tidak lama setelah itu, kakak pulang dengan tubuh yang membiru dan tak bernyawa lagi. Orangtuaku tidak ingin saya tahu penyebab kematiannya. Mereka hanya bilang bahwa kakak sedang sakit, padahal saya ingin tahu cerita-cerita apa yang bisa dibawakannya untukku tentang malam Halloweennya.
Saya masih sering bertanya-tanya, mengapa kakak bisa tiba-tiba sakit? Apakah triknya berhasil malam itu?

Ide Buruk

Beberapa hari yang lalu, seorang teman meneleponku. Dia Jon, kawan sekolahku yang lama. Sudah bertahun-tahun saya tidak pernah berbicara padanya, dan kami mulai mengingat tentang hal-hal konyol yang pernah kami lakukan bersama di sekolah.
Beberapa hari kemudian saya memutuskan untuk menghubunginya kembali, dan melihat apakah kami bisa keluar bersama – mungkin memancing atau apapun.
Kami berbicara di telepon sejenak, dan saya mengatakan padanya “Hey, bisakah kita keluar bersama.” Awalnya dia bilang itu sebuah ide buruk, tapi kemudian dia menyetujuinya. Saya menanyakan alamatnya, menulisnya, dan mengatakan padanya saya akan menemuinya esok pagi.
Esok paginya saya tiba di tempat yang dia bilang merupakan tempat tinggalnya. Tidak ada apa-apa di sana kecuali puing-puing. Sepertinya pernah terjadi kebakaran di sana beberapa tahun yang lalu, tapi belum di rapikan, dan tanaman-tanaman di sana belum pernah di potong. Di tengah-tengah reruntuhan itu, saya menemukan sebuah telepon gaya putar yang lama di atas lantainya – tidak terhubung dengan apapun. Segera, saya mengambil telepon genggamku dan menghubungi nomornya.
Telepon di lantai tadi berbunyi.

Dua kali.

Ketiga kalinya, saya terkejut dan menjatuhkan telepon genggamku. Saya lalu berlutut mengambil gagang telepon putar kuno itu. Sebuah suara – teredam desis, keluar dari sana.

“Sudah kubilang ini ide buruk.”

Sumber : urbanlejen.wordpress.com

Cermin di Kamar Tidur

Seorang pria terbangun dari tidurnya oleh gertakan guntur di suatu malam. Dia tengah terbaring di ranjangnya, ketika melihat sekelebat bayangan dari kamar tidurnya yang gelap. Dia melihat ke cermin di kamar tidurnya, dan tiba-tiba, sebuah cahaya redup melintasi kamar.
Pria itu terperanjat. Untuk sepersekian detik, dia melihat sosok wajah-wajah yang menatapnya dari dalam cermin, dengan beberapa pasang mata yang kesemuanya hitam pekat, dan mulut yang menganga.
Gelisah dengan penampakan itu, dia tidak mampu tidur sepanjang sisa malam itu. Pikirannya terus mengulang-ulang kilasan wajah yang menyeramkan tadi – yang menatapnya dalam-dalam.
Esok paginya, dia memindahkan cermin itu dari kamarnya dan menguncinya di gudang. Malam berikutnya, dia bisa tertidur lelap seperti bayi. Hari-hari berlalu dan ingatan dari kejadian mengerikan itu mulai memudar.
Suatu pagi, dia terbangun dari tidurnya dan pergi ke kamar mandinya untuk membersihkan diri. Selesai mandi, dia keluar dan mengeringkan tubuhnya dengan sebuah handuk ketika tanpa sengaja dia melihat ke cermin yang ada di kamar mandi. Uap dari air tadi membekas di cermin dan memperlihatkan sebuah pesan yang tertulis di permukaannya.
“Kembalikan cerminnya. Kami merindukan tidur malammu.”


Sumber : urbanlejen.wordpress.com

Cermin Kamar Mandi

Gambar
Seorang pria baru saja menyelesaikan mandinya. Ketika mengambil handuk, dia melihat sesuatu di cermin kamar mandinya. Itu adalah bayangan yang terbentuk dari sudut matanya. Dia menatap cermin itu untuk beberapa saat, dan mencoba menerka apa yang barusan dilihatnya. Ketika dia mulai mengeringkan badannya kembali, dari ujung penglihatannya dia melihat bayangan lainnya melintas dalam cermin. Dia lalu mendekati cermin itu, menaruh tangannya di atasnya dan menggosok permukaannya.
Ketika istrinya tiba di rumah sorenya, dia tidak ditemukan lagi di rumahnya. Mencari di sekeliling ruangan dari atas hingga bawah, istrinya memanggil-manggil namanya dan mulai khawatir. Satu-satunya jejak yang bisa ditemukannya hanyalah handuk yang ditemukan di lantai kamar mandi. Wanita itu kemudian menghubungi polisi dan melaporkan kehilangan suaminya.
Dua hari kemudian, istrinya juga menghilang. Entah bagaimana dia tiba-tiba tidak ada lagi di rumahnya. Pakaian yang dikenakan di hari terakhirnya di rumah hanya tergeletak di lantai kamarnya dan pancuran air di kamar mandinya masih menyala. Polisi hanya menemukan bekas tangan di cermin kamar mandi. Di mana pasangan suami istri itu pernah berada.


Sumber : urbanlejen.wordpress.com

Chrismast Eve

Chrismast Eve adalah sebuah cerita seram tentang dua orang sahabat yang begadang di malam Natal.
Gambar
Ada dua orang gadis yang bernama Emma dan Veronica, yang tinggal di lingkungan yang sama. Saat itu malam Natal dan orangtua Emma sudah pergi dari rumah untuk merayakan liburan mereka hingga akhir pekan. Dia merasa sedikit gugup ditingalkan sendiri di rumah semalaman, jadi dia mengundang temannya  untuk bersama dengannya malam itu.
Kedua gadis itu kemudian berencana untuk begadang. Seharian mereka bertukaran pakaian dan melakukan hal yang gadis lain biasa lakukan seperti menata rambut atau kuku mereka satu sama lain. Sore harinya, mereka memesan pizza dan menonton film horor. Setelah itu, mereka ke gereja bersama untuk merayakan malam natal setelah mengunci pintu rumah dan bersiap-siap.
Sepulangnya dari gereja, keduanya kemudian menghabiskan waktu yang panjang bercakap-cakap dan bergosip tentang anak-anak di sekolah mereka. Mereka lalu tidak menyadari bahwa waktu sudah berlalu hingga lewat tengah malam. Kedua gadis itu juga sudah lelah jadi mereka memutuskan saat itu sudah waktunya untuk tidur. Emma naik ke ranjangnya, sementara Veronica tidur di lantai beralaskan matras.
Kamar itu sangat sunyi dan Emma perlahan-lahan larut dalam tidurnya. Tapi kemudian, Veronica terduduk dan mulai menggoyang-goyangkan badan sahabatnya itu.
“Ayolah, kita turun dan cari es krim.” katanya dengan keras.
Emma sangat kantuk dan menggumam, “Aku tidak lapar.”
“Tapi, saya lapar.” balas Veronica. “Ayolah, kita turun.”
Emma membalikkan badannya. “Tidak ada es krim di kulkas.” Dia mengantuk seraya mengatakan, “Kita sudah makan semua.”
“Jadi … ayo ke toko dan membelinya beberapa.” kata Veronica.
“Aku tidak mau lagi,” timpal sahabatnya itu. “pergilah sendiri.”
“Tidak! Aku tidak berani berjalan seorang diri di malam-malam begini.” Veronica memohon, “Ayolah, kita pergi …”
Emma masih terbaring di ranjangnya dan berusaha mengacuhkannya.
“Emma, kumohon!” Veronica mulai menangis. “Ayo! Aku benar-benar ingin es krim …” Airmata mengalir turun di wajahnya.
Emma benar-benar terganggu. Dia sudah bosan dan capek mendengar rengekan sahabatnya itu.
“Ya Tuhan, Veronica! OK! OK!” sahutnya. “Jika itu benar-benar penting bagimu, baiklah … aku akan pergi bersamamu ke toko. Jadi tenanglah!”
Kedua gadis itu berpakaian dengan cepat dan mengenakan jaket mereka. Segera setelah mereka meninggalkan rumah, entah kenapa, Veronica langsung menarik tangan sahabatnya dan mulai menyeretnya ke arah yang lain.
“Ini bukan jalan menuju ke toko.” teriak Emma.
“Sssssshhhhhh!” desis Veronica. “Kita akan pergi ke kantor polisi. Tadi aku melihat cermin, dan saya melihat seorang pria dengan kampak, sedang bersembunyi di bawah ranjangmu!”


Sumber : urbanlejen.wordpress.com

Telepon Misterius

Suatu sore yang hujan ketika saya di rumah, saya melihat ibu sedang bergegas keluar.
“Apa yang kau lakukan? Paman baru saja meninggal. Ayo cepat! Kita pergi.” Katanya 
Apa? Paman kenapa? Saya terheran-heran, tapi saya mulai ikut bergegas seperti yang disuruhnya. Kemudian telepon berdering.
“Halo? Siapa ini?”
Di belakangku saya mendengar ibu hanya menggumam sesuatu sendiri dan mendengar langkahnya mondar-mandir.
“Halo? Ini saya. Jangan panik, dengar …”
Suara seseorang di ujung telepon, berbicara seolah dia sangat terburu-buru.
Hmmm … siapa orang ini? Suaranya terdengar aneh jika dia hanya ingin memberitahu tentang kematian pamanku. Dan suara itu terdengar familiar.
“Ibulah yang sudah meninggal! Jangan menoleh, oke? Jangan pernah menoleh sampai saya tiba di sana!”
Oh … suara ini suara kakakku. Sekarang saya tahu bahwa suara itu adalah suara kakakku yang meninggal tahun lalu karena kecelakaan.
Tubuhku membeku dan saya tidak bisa bergerak sedikit pun. Apa yang terjadi? Keheningan mendadak tercipta di sekelilingku dan tidak ada suara berisik apa pun seperti sebelumnya.
“Apa yang kau lakukan? Cepat, bergegaslah … (untuk mati) …”
Sebuah suara berbisik di telingaku dan saya kemudian tidak sadarkan diri. Saya tidak ingat lagi apa yang terjadi berikutnya, yang saya tahu saya ditemukan terbaring di depan telepon rumahku. Ibu mengguncang tubuhku agar sadar dan mengatakan padaku bahwa dia baru saja pulang setelah keluar dengan temannya.
Jadi siapa orang yang tadi bersamaku di rumah? Dan suara itu benar-benar suara dari kakak – yang sudah meninggal.


Sumber : urbanlejen.wordpress.com