Selasa, 09 Oktober 2018

Ide Buruk

Beberapa hari yang lalu, seorang teman meneleponku. Dia Jon, kawan sekolahku yang lama. Sudah bertahun-tahun saya tidak pernah berbicara padanya, dan kami mulai mengingat tentang hal-hal konyol yang pernah kami lakukan bersama di sekolah.
Beberapa hari kemudian saya memutuskan untuk menghubunginya kembali, dan melihat apakah kami bisa keluar bersama – mungkin memancing atau apapun.
Kami berbicara di telepon sejenak, dan saya mengatakan padanya “Hey, bisakah kita keluar bersama.” Awalnya dia bilang itu sebuah ide buruk, tapi kemudian dia menyetujuinya. Saya menanyakan alamatnya, menulisnya, dan mengatakan padanya saya akan menemuinya esok pagi.
Esok paginya saya tiba di tempat yang dia bilang merupakan tempat tinggalnya. Tidak ada apa-apa di sana kecuali puing-puing. Sepertinya pernah terjadi kebakaran di sana beberapa tahun yang lalu, tapi belum di rapikan, dan tanaman-tanaman di sana belum pernah di potong. Di tengah-tengah reruntuhan itu, saya menemukan sebuah telepon gaya putar yang lama di atas lantainya – tidak terhubung dengan apapun. Segera, saya mengambil telepon genggamku dan menghubungi nomornya.
Telepon di lantai tadi berbunyi.

Dua kali.

Ketiga kalinya, saya terkejut dan menjatuhkan telepon genggamku. Saya lalu berlutut mengambil gagang telepon putar kuno itu. Sebuah suara – teredam desis, keluar dari sana.

“Sudah kubilang ini ide buruk.”

Sumber : urbanlejen.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar